Teruntuk akhwat para pejuang dakwah, di
bawah ini ada kisah nyata yang bisa kita ambil hikmahnya sebagai
cerminan kelak saat berkeluarga ataupun yang sekarang sudah berkeluarga.
Selamat membaca ^_^d
Dari slamet di Kota Sigibiomaru Kab Sigi Sul-Teng
Assalamu ‘alaikum..Pendengar nurani yang baik
Ini adalah sekelumit kisahku, yang dengan
ini semua aku sangat berharap dapat menggugah hati-hati kita yang
hingga hari ini tak mampu membagi waktu dengan baik, sehingga banyak hal
yang kita abaikan yang konsekuensinya besar akibat dari ketidak mampuan
kita memanaj waktu kita, aku adalah seorang suami dari seorang istri yg
bernama Salma, kami menikah 5 tahun silam, tepatnya pada tahun 2005..
Pernikahan kami seperti pada umumnya
melalui proses yang syar’i sebagaimana anjuran islam, karena
alhamdulillah kami berdua terlahir dari sebuah organisasi islam yang
terkenal sangat eksis dengan dakwahnya, meskipun secara dzohirnya
keterlibatanku dalam dakwah ini belum seberapa. Dalam keseharianku, aku
menjalani rutinitas sebagai seorang pedagang kecil-kecilan, namun
Alhamdulillah usaha itu sudah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluargaku dan sedikitnya dapat memberi kontribusi pada dakwah
dinullah.., sementara istriku “salma”, beliau dikenal sebagai aktifis
tulen yang sejak masa gadisnya dia persembahkan hidupnya untuk dakwah
ini, salma dalam tataran organisasi adalah seorang pengurus aktif
organisasi sehingga seperti aktifis pada umumnya banyak kegiatan yg
beliau ikuti, mulai dari mengisi liqo’, mengajar, dll yang seolah bila
kita menyaksikannya mungkin kita akan merasa “mampukah aku seperti dia?,
subhanallah”, seolah memiliki seribu nyawa yg tak pernah kenal letih
mengusung dakwah ini. Bahkan banyak orang yg bangga pada kegigihan
beliau. Itulah sosok istriku dimasa gadisnya
Semula aku mengira bahwa padatnya
aktifitas salma akan berkurang setelah menikah denganku, apalagi setelah
3 pekan pasca walimah kami Alhamdulillah salma dinyatakan oleh dokter
positif hamil, meskipun sebagai suami aku memberikan kebebasan
sepenuhnya pada istriku untuk berkreasi apalagi untuk urusan ummat, Demi
Allah aku selalu mendukungnya, bahkan tak jarang aku turut membiayai
gerak langkahnya dalam dakwah bilkhusus pada kegiatan2 positif yg
bersumber dari ide2nya. hidup sebagai sepasang suami – istri dengan
kesibukan yg padat begitu sangat kami nikmati, volume berjumpa dan
berkomunikasi antara kamipun terjadi hanya bisa dihitung dengan jari,
yaitu hanya pada pagi sebelum berangkat ketempat kerja masing2, kemudian
menjemputnya lagii untuk selanjutnya mengantarnya ketempat yg lain
dengan agenda yg lain dan begitu seterusnya hingga kujemput malam hari
lagi setelah tuntas segala rutinitasnya, kami menikmati semua itu,
hingga akhirnya ketika memasuki 3 bulan pasca penikahan kami.
Waktu jualah yg mengantarkan aku pada
sebuah kenyataan, bahwa sebenarnya aku merindukan kebersamaan dengan
istriku, makan bersamanya, ngobrol bersamanya dan menjalani kehidupan
normal dimana meskipun ditengah kesibukkan yg padat tetapi masing2 masih
dapat menyisihkan waktu untuk menjalani kebersamaan itu , walau hanya
sebatas makan siang atau apa saja, dan untuk mewujudkan semua itu, aku
mulai mengurangi aktifitas bisnisku dan mengamanahkan kepada orang lain
yg tentunya orang kepercayaanku untuk mengelola bisnis kecil2an itu,
dengan harapan agar salma juga dapat sedikit saja mengurangi
aktifitasnya dan menyisihkan waktu untukku, tetapi kenyataan itu tak
kunjung dating, diberbagai situasi khususnya pada saat ada waktu luang
untuk bersamanya, aku selalu mengangkat masalah ini dengan gaya bahasa
mesra dan romantis, hmmmm (sambil menarik nafas) tapi salma ternyata
selalu punya alasan untuk berkilah yg membuat aku akhirnya hanya bisa
terpaku dalam diam, alasan2 yg cukup kuat dan masuk akal, yg isinya
kurang lebih mengandung nilai2 motofasi untuk selalu giat berdakwah dan
berjuang untuk agama ini, tapi meski demikian aku selalu tak bosan2nya
untuk mengingatkan dia akan keinginaku tersebut. Jujur tidak ada
sedikitpun niatku untuk membatasi ruang lingkup salam dalam dakwah ini,
aku bahkan bangga padanya karena memiliki ghirah yg besar untuk
perjuangan ini.., tapi salahkah juga aku bila sebagai suami
menginginkan sedikit waktu darinya untuk sekedar berbagi atau makan
siang sekali aja.., sebab menanti waktu datangnya malampun salma
sepertinya tak maksimal memberi waktu untukku, dan aku tak dapat
memprotes hal itu sebab memang jelas Nampak keletihan diwajahnya bila
sudah kembali kerumah pada malam hari, aku bahkan kadang merasa kasihan
melihat istriku selalu pulang dalam keadaan letih, selain dirinya aku
juga menghawatirkan janin yg ada dalam kandungannya yg baru memasuki
usia 3 bulanan, janin yg kelahirnya sangat kami harapkan.
Jujur kadang aku merasa sedih sendiri
bila menyadari kenyataan ini, bahkan aku merasa bahwa “Apakah perasaanku
ini akibat dari tidak adanya kesibukanku dalam dakwah ini sehingga aku
tidak bisa merasai apa yg istriku rasakan..?”, Ya Allah ampuni aku bila
sikapku ini berlebihan, aku hanya ingin merasai manisnya diperhatikan
oleh istri tercinta, saat dimana sarapan pagi, siang dan malamku
disiapkan, ketika aku membutuhkannya dia selau ada, tapi apa yg aku
rasakan saat ini, setiap hari semenjak 2 pekan setelah menikah dan dia
kembali terjun dalam aktifitasnya, kebiasaan2 itu tak pernah lagi aku
rasakan, dimana sarapan pagiku harus kusiapkan sendiri bahkan kadang
terpaksa sarapan pagi diluar sehabis mengantarnya ketempat aktifitasnya,
begitu juga dengan makan siang dan malamku, aku sebetulnya berusaha
untuk tidak memprotes akan semua ini, tapi hatiku merasa sangat hambar
sekali, aku merasa seolah belum menikah dengan siapapun, aku juga merasa
sepertinya aku tidak beristri, dan paling parah yg aku rasakan
sepertinya aku hanyalah tukang ojek yg selalu siap siaga mengantarnya
kemana saja yg dia mau, Oh..apakah ini sudah meruakan keluhan dan
protes..?, ampuni aku ya allah bila tidak sabar menghadapi situasi ini.
Akhirnya disuatu sore yg cukup mendung,
sebuah kejadian naas yg tak pernah aku harapkan menimpa istriku, tak
kala aku sedang membenahi atap rumah bagian belakang yg sering bocor
bila hujan tiba, aku tersentak dan sangat kaget saat mendapatkan kabar
via telepon dari seorang akhwat teman istriku, yg mengabari bahwa
istriku sedang dirawat di RS karena mengalami pendarahan hebat.., dan
dokter tidak dapat menyelamatkan kandungannya, saat mendengar kabar itu
aku sangat shock..tulang2ku kurasakan seolah tak nyambung lagi, meskipun
belum lama hidup bersamaku sebagai seorang istri, meskipun waktunya
hampir2 tak ada buatku setiap harinya tapi hatiku begitu sangat
mencintainya.., dengan perasaan tak menentu aku berusaha menguatkan
hatiku dan segera bergegas ke RS dimana istriku dirawat.., aku berusaha
membuang jauh2 kesedihanku agar pada saat didepan istriku nanti, dia
tidak akan bertambah sedih saat melihatku bersedih karena kejadian ini,
Ya Allah aku tahu ini adalah ujian buat kami.., sabarkanlah kami ya
Allah..
Pendengar Nurani yang baik
Dengan perasaan sedih yg aku sembunyikan
dari wajahku, akhirnya aku tiba di RS dimana istriku dirawat, dokter
melarangku untuk mengajaknya ngobrol banyak karena kondisinya masih
lemah, namun saat itu istriku dalam keadaan sadar, perlahan kubuka pintu
kamar dimana istriku diinapkan dan dirawat..kulihat ada ketegaran
dimatanya meskipun dengan penuh tatapan sayu akibat kehilangan banyak
darah..,saat itu niat hatiku ingin men”taziyah”inya agar tidak terbawah
sedih dengan peristiwa itu, tapi belum sempat sekata aku ucapakan
kalimat2ku untuk menghiburnya tiba2 suaranya dengan pelan justru
mendahuluiku..
”Qadarullah kak.., insya Allah ia akan
menjadi tabungan bagi kita diakhirat kelak, insya Allah, dan akan
digantikan dengan yang lebih baik lagi.., sungguh saat ini Allah sedang
menguji kita, dan insya Allah ini akan menjadi penyemangat buat ana
untuk lebih giat lagi dalam menolong agama Allah..” ujarnya dalam
kelemahannya
“Na’am dek.., kita harus pasrahkan
segalanya kepada Allah, kk gak apa2 koq, insya Allah, Allah akan memberi
kita lagi penggantinya dihari esok..”selaku mengomentari ungkapan
istriku “tapi kk harap adek mengambil pelajaran dari perisitiwa ini..,
agama memang membutuhkan orang2 sepertimu dek.., tapi.., afwan..kita
juga harus memberi waktu buat diri kita sendiri, paling gak..pada
saat-saat dalam kondisi kita yg tidak memungkinkan, sehingga kejadian
ini tidak perlu terjadi, bu..bukan kk menyesali ini semua, tapi kk harap
bila Allah memberi kita penggantinya, adek bisa sediiiikiit saja
mengurangi kegiatan adek, agar amanah yg diberikan pada kita kelak juga
bisa terjaga dengan baik insya Allah..” tambahku lagi.
“jadi kk menyalahkan ana dalam hal
ini..?, kakak harus ingat bahwa segala sesuatu yg terjadi didunia ini
sudah diatur oleh Allah azza wajallah, jadi kita tidak perlu menyalahkan
keadaan, lagi pula kita sudah cukup berusaha untuk menjaga amanah
ini.., tetapi ternyata Allah berkehendak lain yang tidak pernah kita
harapakan kan?, jadi ana harap kita bisa dengan lapang pula menerima
semua ini..” tegas istriku dengan nada agak sedikit bergetar, dan aku
tahu argument itu keluar bersama luapan emosinya, entahlah mungkin dia
tersinggung dengan perkataanku, mendengar semua itu aku hanya bisa
mengangguk saja, agar masalahnya tidak panjang lagi, akupun tahu tabiat
istriku yg tidak bisa ditentang kalau urusan dakwah, aku berusaha
menekan perasaanku, akupun menyadari bahwah kapasitas ilmu syar’I yang
aku miliki tidak sebanding dengan istriku, sehingga kalau bicara soal
agama, aku masih selalu kalah argument dengannya bila pada kondisi2
tertentu aku menasehatinya atas sesuatu yg aku rasakan mengganjal
dihatiku.
Waktu terus bergulir
tanpa kompromi, dan perisitiwa yang menimpa keluargaku tersebut seolah
tak memberi bekas pada istriku, semangatnya untuk berdakwah begitu
gigihnya, semua berjalan seperti biasanya tanpa ada perbuahan
sedikitpun, kesibukannya tetap masih sama begitu juga dengan volume
perhatiannya padaku, semua masih sama, yang berubah hanyalah hari, bulan
dan tahun terus berganti, aku sendiri mulai merasa jenuh dengan semua
ini, apalagi berbagai argumenku, berbagai permintaanku tak satupun
dipenuhi oleh istriku, bahkan yang membuat aku sangat kecewa, saking
sibuknya dia dalam mengurus masalah ummat, 3x akhirnya kami harus
kehilangan kesempatan untuk mendapatkan momongan, cabang bayi hasil
cinta kami yang begitu aku harapakan, hanya bisa bertahan seumur jagung
dalam rahimnya, meskipun aku tahu ini adalah qadarullah, tapi aku sangat
kecewa.., aku sangat kecewa..karena istriku tak pernah mau mengerti
dengan segala harapan yang ada dalam hatiku, mungkin bila ia tak memasak
dan menyiapkan makan untukku tak jadi soal bagiku, mungkin dia tidak
pernah punya sedikit waktu untukku juga tidak masalah, tapi bila ia juga
seolah tak menghiraukan kesehatannya dan cabang bayinya, inilah yg
membuat aku sangat kecewa.., apalagi usia pernikahan kami telah memasuki
tahun ke 5 dan tak ada sedikitpun perubahan yg aku lihat darinya,
tangisan bayi mungil yg begitu aku sangat inginkan hadir meramaikan
suasana keluarga kamipun hanya tinggal khayalan semata, sebab gugurnya
janin ke tiga kalinya yang ada dirahimnya akhirnya membuat dokter
memvonis bahwa istriku hanya memiliki kemungkinan kecil untuk hamil
lagi, rasanya aku ingin menangis saat itu, tapi aku berusaha menguatkkan
hatiku, sebab aku adalah lelaki, aku malu terlihat cengeng dihadapan
istriku, tapi untuk menasehati dan mengingatkannya rasanya aku telah
letih, sebab aku tahu persis istriku memiliki tabiatnya keras, aku juga
jenuh beradu argument dengannya.
Hingga suatu hari tepatnya bulan januari
2010 kemarin, saat aku melebarkan sayap bisnisku kesebuah kota kecil
dipalopo Sulawesi selatan, akhirnya kuputuskan untuk menikah lagi
disana. Dengan tidak menyembunyikan identitas dan statusku yg masih
beristri, dan dengan menyampaikan alasan2ku untuk menikah lagi, akhirnya
ada seorang temanku dipalopo mencarikan aku seorang wanita yg bersedia
menerimaku apa adanya, menerimaku dengan segala kekurangan yg aku
miliki, Alhamdulillah gadis ini termasuk salah seorang kader sebuah
organisasi islam juga yg ada didaerahnya, namun sebelum aku menghitbah
gdis tersebut, aku menyurati istriku dan menyampaikan niatku untuk
menikah lagi, surat itu kukirimkan melalui jasa pengiriman kilat, hingga
hanya dalam hitungan hari saja, Alhamdulillah surat itu telah sampai
pada istriku, dan inilah isi suratku itu :
Bismillahirrahmanirrahiim
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu ‘alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Buatmu wahai aktifis dakwah sejati
Sebelumnya kk minta maaf dek.., apabila
isi surat ini mengejutkanmu, tapi kk yakin bahwa kau adalah wanita tegar
yang mampu menepis apapun dan pantang bersedih apalagi sampai
mengeluarkan air mata, seperti ketegaranmu yang begitu tabah kehilangan
3x calon bayi kita, kk juga yakin bahwa isi surat ini tidak terlalu
penting bagimu seperti halnya tidak pentingnya kehadiran kk dalam
hidupmu, tapi satu hal yang ingin kk sampaikan padamu dek, bahwa semua
ini berarti buat kk, dan bahwa semua ini teramat sangaat penting buat
kk..karena isi surat ini menyangkut kebahagiaan kk, jujur, kk tidak
mengkalim bahwa kk tidak bahagia denganmu dek, tapi kk hanya merasa
bahwa kk tidak bisa membahagiakanmu, sebab setiap hari kk selalu
memportes aktifitasmu, kk selalu mempersoalkan perhatianmu yang kurang
buat kk, dan kau tahu dek, jujur sedih rasanya hati ini saat harus
selalu bertengkar denganmu, sebab saat tu terjadi kk merasa seolah
seperti lelaki jahat yg selalu mengekang kebebasanmu.., olehnya.., untuk
menghindari semua ini, kk hanya ingin menyampaikan padamu dek, bahwa
insya Allah pada hari ahad 24 januari nanti, kk akan menikah lagi dek,
Alhamdulillah ada seorang wanita yg juga seorang akhwat yg mau menerima
kk apa adanya, insya Allah setelah ini semua kk tidak akan meminta apa2
lagi darimu dek, kk tidak akan mempersoalkan perhatianmu lagi..kk juga
tidak akanmempersoalkan waktumu lagi..dan paling penting sudah ada
seorang wanita yg mau memahami kk, yang mau menyiapkan sarapan pagikk,
makan siang dan malam kk, dan mau memperhatikan keluarganya tanpa
mengenyampingkan urusan ummat, insya Allah meskipun kk tidak mampu
menyamai adilnya Rasulullah dalam memperlakukan istri2nya, tapi kk akan
selalu berusaha untuk bersikap adil pada kalian berdua, kk yakin sebagai
aktifis dakwah sejati kau memahami semua ini, bahkan semua ini insya
Allah akan membantumu dek untuk lebih focus pada kegiatan2mu dan juga
urusan2 dakwahmu..
Sekian dulu surat dari kk, semoga adek saying mau memahaminya dan bisa bijaksana dalam menyikapinya.Wassalam
Suamimu
Slamet
Pendengar nurani yang budiman
Aku tak tahu bagaimana perasaannya saat
itu, sebab sesampainya surat itu hingga hari H pernikahanku, salma tak
menghubungiku sama sekali, dan mengenai hal pernikahanku yg kedua itupun
kedua orang tuaku dan keluarga salma kukabari, kusampaikan dengan bijak
segala penyebab dan alasan2ku, aku sampaikan pula pada mereka bahwa aku
tidak berniat menceraikan salma, dan mereka memahaminya, dan
Alhamdulillah saat ini dalam rahim istriku telah tumbuh benih2 cinta
kami yang saat ini berusia 8 bulan, sebab 4 bulan setelah pernikahan
kami itu, Allah mengaruniakan pada kami amanah besar yakni buah cinta
kami berdua, sementara untuk urusan nafkah aku berusaha selalu memenuhi
kebutuhan keduanya, baik nafkah lahir maupun bathinnya..
Wassalamu ‘alaikum.sumber : berbagi-karya.blogspot.com/2010/12/kisah-nyata-sarat-hikmah-teruntuk.html?m=1